Kamis, 26 Juli 2012

some might say

Bicara soal, emmmm oke, cinta. Apa yang lo pikirin? Indah? Sakit? Manis? Pahit? Atau kesemuanya? Kalo menurut gue, cinta itu bunglon. Dia bisa berubah warna, sesuai tempat ia berpijak. Kadang, cinta itu seperti kocokan arisan. Kita enggak tau, nama siapa yang bakal keluar. Ada yang usaha deketin cewek dari kota sebelah, nikahnya sama tetangga sebelah. Ada yang udah pacaran bertahun-tahun, nikahnya sama sahabat (mantan) pacarnya.

Cukup menggelikan ya bicara soal cinta.


“Hari gini lo masih ngomong cinta?”
“Hari gini masih galau karena cinta?”
“Hari gini masih nangis karena cinta?”

Cih, munafik banget orang yang berkata seperti itu.




Percaya sama gue, semua orang bisa jadi pujangga dadakan kalo udah disapa oleh cinta. Tapi, emang ada sih beberapa yang jatohnya malah lebay, atau bahkan menjijikan. Enggak sedikit juga yang jatohnya bijak, keren, dan elegan.
Gue udah lama suka nulis, mau itu tulisan tangan, ngetik di laptop, atau bahkan hati gue langsung yang nulis, dengan menjajah jari gue untuk membentuk sekelompok kalimat.


Cinta, satu hal paling tak terdefinisikan. Satu hal yang komponen pembentuknya tak bisa dipecahkan ilmuwan setara Einstein sekalipun. Dan, satu hal yang sering dipuja sekaligus dibenci.

Ada mereka yang menjadi kaya raya karena cinta, menurut pada pepatah ‘dibalik pria sukses terdapat wanita hebat’ yang dibuktikan langsung oleh yang ter-istimewa Ainun dan Habibi.

Ada mereka yang menjadi sebegitu bodohnya dan dekat dengan ajal karena cinta, yang dikisahkan oleh Romeo dan Juliet. Coba aja salah satu insiatip gitu manggil dokter terus tanyain udah mati apa belum, mereka berdua pasti hidup bahagia.

Semuanya berhasil, mendefinisikan cinta sebagai hal yang menyenangkan sekaligus mengerikan. Cuma FTV yang gagal mendefinisikan cinta. Kebalikan , terlalu dongeng untuk menjadi nyata.



“Lo masih menikmati masa stuck itu? Sementara peluang lain terbuka lebar?
Dan, mungkin juga peluang itu jauh lebih baik dari A**N ?” tanya seorang teman.

Hey kawan, akan ada masanya nanti lo ngalamin posisi gue. Pasti.



Aku tidak butuh ribuan wanita cantik mengemis padaku, jika kamu masih tetap menolak
Aku tidak mencari yang baik, aku hanya mencari sosok kamu
Karena jika aku mencari yang terbaik, suatu saat aku pasti meninggalkan kamu

Dan, aku tidak ingin itu terjadi

Kamu tidak perlu menjadi Zooey Deschannel untuk predikat wanita paling cantik dariku
Kamu tidak perlu semerdu Adele untuk membuatku candu akan suaramu
Kamu tidak perlu menjadi Juliet untuk membuatku menjadi seperti Romeo
Kau hanya perlu menjadi kamu, sepotong nama, sesosok gadis dari ibu yang penuh cinta



Ah, entah kapan gue menuliskan kalimat itu di notepad. Gue memang
terkadang tidak mengenali tulisan sendiri. Iya, ketika gue hanya menumpahkan bisikan hati. Bukan memutar otak mencari diksi.


“Emang dia bakal mau sama lo? Gue sih enggak yakin ya,” lagi, kata seorang teman.

Hey, kawan gue enggak sebodoh itu dalam menunggu. Gue cukup pintar memilah momen untuk berdiam atau beranjak pergi.


Sesederhana mengedipkan mata, ketika stupid cupid menyapa aku
Aku dipanah tiba-tiba, tidak meminta terlebih dulu
Aku pun, tidak menyangka dia memilih kamu untuk aku puja
Maafkan dunia yang tak sempurna
Kadang salah memilih orang, atau mungkin belum waktunya menjadi benar
Aku tidak tau, maafkan saja


Tulisan usang yang gue temuin di notepad, ini kapan ya nulisnya?

“Dalam hitungan yang udah enggak bisa dibilang sebentar? Lo udah punya kesempatan yang cukup?” tanya seorang teman lagi, agak lumayan menyebalkan.


Tatap aku dalam sudut yang berbeda
Bukan aku yang dibenci oleh mereka
Aku tidak selamanya menjadi jalang
Dengar aku dalam waktu yang berbeda
Bukan aku yang sedang mengeluh pada dunia
Aku tidak selamanya pendusta
Rasakan aku dalam malam yang berbeda
Bukan aku yang kala itu membatu pada gelap
Aku tidak selamanya pecundang


Ah yang ini juga gue lupa kapan nulisnya, tiba-tiba aja gitu ada di notepad gue.

Mungkin demikian juga hati mereka yang memuja, “gue enggak tau kenapa, enggak tau juga sejak kapan, tiba-tiba aja gitu ada dia di hati gue.”

Iya gak?
Dan beberapa orang berkata ‘iya’ dalam hatinya.
by -allthelostsoul-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar